Latar Belakang Penelitian
Mengenai MH, Faruk (2004) mengemukan kesimpulan bahwa baik secara teoritik maupun praktik, MH memahami novel bukan sebagai sebuah dunia otonom melainkan sebuah dunia yang terbuka, yang dapat diintervensi oleh kekuatan di luar dirinya. baik kekuatan subjektif novelisnya sendiri maupun kekuatan objektif yang berupa tuntutan realitas Artinya, dari segi struktur naratifnya novel itu percaya pada intervensionisme, baik dalam persoalan sosial, politik, dan ekonomi kolonial yang dibahasnya maupun dari segi bangunan literer dari novel itu sendiri. Dari segi yang kemudian ini MH menganggap bahwa bangunan kehidupan yang digambarkan oleh sebuah novel tidak harus membentuk keselutuhan yang utuh, lengkap dan penuh dalam dirinya sendiri, melainkan dalam batas tertentu dapat dimasuki oleh gambaran kehidupan dan cerita-cerita yang lain yang menyimpang darinya.
Menyambung masalah sifat intervensionis, novel MH ini menghadirkan tiga pencerita yang menjalankan peran dan tindak saling mengintervensi. Pergantian pencerita ditunjukkan dengan pemotongan narasi oleh pencerita yang satu terhadap yang lain bahkan dalam halaman yang sama. Ketidaksetujuan pada pandangan dan narasi dari satu pencerita dapat menjadi alasan bagi pencerita lain untuk melakukan intervensi. Interaksi antara pencerita dalam saling mengintervensi menjadi sangat menonjol karena ketiganya disibukkan oleh pandangan mereka atas kolonialisme di Jawa (Hindia Belanda pada umumnya).
Rumusan Masalah :
- Apakah identifikasi struktur naratif novel MH ?
- Apakah identifikasi pandangan MH mengenai kolonialisme ?
- Bagaimana mengungkapkan hubungan struktur naratifnya dengan pandangan MH tentang kolonialisme ?
- Bagaimana mencari pengaruh struktur naratifnya dalam pengungkapan pandangan MH tentang kolonialisme ?
- Bagaimana mencari pengaruh orientalisme terhadap pandangan kolonialisme dalam MH ?
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini yang dipandang Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik lisan maupun tertulis (Moeloeng, 2003:3)
Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif ini juga mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara empiris, dan bersifat deskriptif yaitu data terurai dalam bentuk kata-kata yang merupakan sistem tanda yang memberikan pemahaman yang lebih komprehensif (Semi, 1999: 25).
Kesimpulan
Hubungan antara pandangan MH mengenai kolonialisme dengan inovasinya di dalam teknik struktur dapat ditunjukkan oleh sifat pandangan itu sendiri dan pemilihan teknik penyampaiannya. Hal ini berarti bahwa kekhasan pandangan dan pengungkapannya yang mengambang ditunjukkan dengan pemilihan struktur naratifnya, yaitu lewat pemakaian tokoh-tokoh cerita sebagai naratornya atau disebut character-fokalizer. Pemakaian tiga fokalisator dalam novel MH ini menghasilkan perbedaan sudut pandang atas suatu masalah: kolonisasi dan kolonialisme di tanah Jawa. Penyajian narasi dilaksanakan berselang-seling tergantung pada semacam dialog atau perbedaan pandangan antara 3 fokalisator ,artinya ketika seorang tokoh sedang menyajikan narasi dan fokalisasi, tokoh lain menghentikannya dengan menyatakan ketidaksetujuannya.
Tokoh ini kemudian yang bebicara dan juga berfokalisasi. Begitu tokoh terakhir selesai, tokoh terdahulu mengambil posisi kembali. Peralihan narasi pun terjadi berulang-ulang dan ini berarti terjadi peralihan ruang . Novel yang terbagi ke dalam 9 narasi membawa pembaca berpindah-pindah dari pemikiran satu tokoh ke pemikiran tokoh yang lain. Novel MH mengajak pembaca bergulat pada permasalahan kolonisasi atau praktik pemerintahan di Hindia Belanda, seperti sistem cultuur stelsel, kelaparan dan penanganan pemerintah, agama Kristen dan non Kristen, pandangan Barat atas Timur.
Leave a Reply